Inikah Alasanmu, Ukhti?!!
Aurat mana yang dirimu tutup ukhti? Jikalau keindahan kakimu masih tersingkap oleh mata-mata nakal. Jikalau dada mu masih menantang. Jikalau bajumu semakin dipendekkan. Aurat mana yang dirimu tutup ukhti?
Sebaiknya kita merenungi mulai dari hal sepele ini, ukhti!. Yaitu pakaian kita. Jika hal-hal sepele seperti ini saja pikiran kita tercuci, apalagi hal-hal yang lain. So, inikah alasanmu, ukhti?!!
-Hidayah di Tangan Allah
---------------------------------
“Aku tahu jilbab itu wajib. Tapi kan berjilbab itu juga hidayah Allah. Nanti juga kalau udah dapat hidayah, aku berjilbab.”
Wahai, Ukhti. Memang benar hidayah itu di tangan Allah. Namun sebagaimana rejeki, hidayah perlu dicari dan diusahakan dengan maksimal. Allah swt berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ra'd:11)
-Daerah Berhawa Panas Tidak Cocok untuk Mengenakan Jilbab
---------------------------------------------------------------------------------
“Nggak panas, Mbak, pakai kerudung sama baju dobel-dobel gitu?”.
Wahai, Ukhti. Kepada mereka yang masih sering mengaitkan hawa panas dengan busana muslimah yang sesuai syariat, maka ingatkanlah firman Allah:
“Katakanlah, ‘Api neraka jahannam itu lebih sangat panas (nya),’ jika mereka mengetahui.” (At Taubah:81)
Setelah itu, silahkan memilih salah satu dari dua keadaan; panasnya dunia yang tentu masih bisa kita tanggung, atau panasnya api neraka yang panasnya tujuh puluh kali lipat panas api dunia. Dan tentu orang berakal akan memilih panas yang ringan dalam menaati Allah di dunia, daripada panas yang berat dan kekal di akhirat.
Zaman Berganti, Hukum pun Berubah
------------------------------------------------
“Perubahan zaman menyebabkan perubahan hukum.”.
Dengan kaidah yang ditafsirkan semaunya ini, mereka mengatakan bahwa jilbab hanya layak diterapkan pada masa-masa dahulu, sedangkan sekarang zaman telah berubah, maka pemakaian jilbab sudah tidak relevan diterapkan.
Wahai, Ukhti. Perlu kita semua pahami bahwa hukum Islam tidak akan berubah selamanya. Allah Sang Pembuat aturan telah menjadikan hukum tersebut cocok dan relevan sepanjang masa. Perubahan zaman yang bagaimana pun harus tunduk pada aturan Islam, bukan hukum Islam yang dapat diubah oleh pergantian zaman.
Allah swt berfirman,
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al Maidah:3)
Yang Penting ‘Jilbab-i’ Hati
---------------------------------
"Jilbab itu tidak wajib. Saya merasa tidak perlu itu. Yang terpenting adalah menjilbabkan hatinya dulu. Banyak kok yang berjilbab tapi hatinya busuk."
Mungkin, sebagian besar kaum wanita enggan berjilbab karena mereka menyangka sama saja antara berjilbab dengan tidak, yang penting menurutnya adalah perilaku, akhlaq, dan hatinya, buka sekedar penampilan. Karena tidak sedikit juga orang yang berjilbab akan tetapi melakukan perbuatan keji.
Wahai, Ukhti. Pemikiran seperti ini tidaklah BENAR, sebab hati dan badan harus diperbaiki semua. Kewajiban Berjilbab tidak mensyaratkan berhati sempurna lebih dulu. Jilbab bukan hanya untuk wanita yang pandai agama saja, Jilbab juga bukan hanya untuk wanita yang pintar mengaji dan berakhlak mulia saja..Namun jilbab adalah untuk semua wanita yang mengaku dirinya muslimah. Sama seperti kewajiban setiap muslim juga wajib sholat fardhu, puasa ramadhan dll, yang tidak bersyarat hatinya/akhlaknya sempurna lebih dahulu.
“Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.” (QS. Al Ahzab: 59).
Maka, tidak sama bukan antara wanita yang berjilbab dengan wanita yang mengumbar auratnya?!
Jilbab adalah Kebudayaan Arab
----------------------------------------
Tidak sedikit komentar kaum penentang jilbab mengatakan, kalau jilbab adalah hasil adopsi budaya bangsa Arab. Sehingga menurut mereka, bangsa yang di luar Arab, tidak memiliki kewajiban untuk mengikuti budaya Arab.
Hahaha... ini lebih kacau lagi, ukhti!. Jika katakan jilbab adalah budaya Arab, maka kita mesti lihat sejarah Arab sebelum Islam itu datang. Karena sebelumnya di zaman jahiliyah, wanita itu telanjang dada. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan, “Perempuan pada zaman jahiliyah biasa melewati laki-laki dengan keadaan telanjang dada, tanpa ada kain sedikit pun. Kadang-kadang mereka memperlihatkan leher, rambut dan telinganya. Kemudian Allah akhirnya memerintahkan wanita beriman untuk menutupi diri dari hal-hal semacam tadi.”
Jelas sudah, Ukhti. kalau jilbab yang dianjurkan Islam beda jauh dengan budaya Arab. Lalu ada alasan lainkah yang mengatakan jilbab itu sebuah budaya Arab? Jika merujuk pada jilbab yang menutup aurat, jelas Islam lah yang menggagasnya.
Jelas saja statement tersebut salah dan dipaksakan, Ukhti. Sudah jelas Allah swt berfirman,
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An Nuur:31)
Dalam surat Al Ahzab jelas disebutkan “istri-istri orang mukmin” dan di surat An Nuur disebutkan “kepada wanita yang beriman”.
Terbantahkan sudah ungkapan yang menyatakan bahwa jilbab hanyalah tradisi wanita Arab saja. Sebab ayat kerudung dan jilbab diturunkan dan ditujukan untuk istri-istri orang mukmin dan wanita yang beriman di seluruh dunia, bukan hanya wanita Arab saja.
Berjilbab Menghambat Aktivitas dan Sulit Cari Kerja
-----------------------------------------------------------------
Aku kan masih suka fashion, hiking, beladiri, bla..bla..” atau ungkapan seperti, “Aduh, khawatir nyari kerjanya susah. Perusahaan kan ga mau nerima karyawan berjilbab...”
Padahal, nanti dulu, Ukhti! Orang yang mengungkapkan hal demikian nampaknya harus banyak membaca berita dan memperluas pergaulan. Dengan begitu mereka akan tahu, bahwa alasan yang mereka kemukakan itu kuno.
Hari ini kita banyak menyaksikan muslimah berjilbab berhasil mendaki gunung dengan medan berat sekalipun. Tidak sedikit juga muslimah berjilbab yang menjadi atlet tae kwon do, silat, dan lain sebagainya. Jika alasan yang dikemukakan adalah terhambatnya aktivitas jika mengenakan jilbab.
Lalu untuk urusan pekerjaan, dewasa ini, selain banyak perusahaan ‘berbau’ syariah, sesekali tengoklah instansi-instansi pemerintah, maka akan kita dapati banyak sekali Pegawai Negeri sipil (PNS) yang berjilbab rapi.
Masih belum cukup? Jika ada urusan, datanglah ke perusahaan-perusahaan semacam Indosat, Telkomsel, atau kantor bursa efek jika perlu. Maka sejauh mata memandang, tidak akan sulit bagi kita menemukan wanita berjilbab menjadi karyawati di sana.
Terlebih, urusan pekerjaan adalah urusan rejeki. Yang mana rejeki adalah mutlak kuasa Allah. Apakah dengan mengumbar aurat dijamin kita akan mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan kita? Apakah dengan pamer kemolekan tubuh kita anggap rejeki akan mengalir dan hidup akan bahagia sejahtera? Jawabannya adalah belum tentu.
Maka, hari ini kita masih diberi kesempatan menghirup udara di bumi Allah? Hari ini juga masih terbentang luas beragam pilihan hidup bagi kita, apakah kita akan menaati seluruh aturan Allah atau kita akan mengabaikan hukum-hukum Allah?
Segeralah jatuhkan pilihan terbaik, sebelum kita dihadapkan pada suatu hari dimana tak ada lagi pilihan dan segala sesal menjadi tiada guna.
Wallahu’alam.
=Maha Suci Allah=