Kita mungkin lebih mengenal pedagang Muslim dari Gujarat atau Arab Saudi sebagai pembawa agama Islam.
Sebab, sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, pengetahuan tentang syiar Islam
lebih banyak di kait-kaitkan dengan mereka ketimbang Cina. Padahal sejarah
mencatat peran besar Muslim Cina menyebarkan Islam di Indonesia. Dan menurut
Sumanto al-Qurtuby dalam bukunya “’Arus Cina-Islam-Jawa’, pada awal abad 14
seorang penjelajah Muslim asal Tionghoa, Laksamana Cheng Ho, tiba di bumi
Nusantara.
Dalam kurun waktu 1405-1433. Cheng Ho memang pernah singgah
di kepulaua Nusantara selama tujuh kali. Ketika berkunjung ke Samudera Pasai,
dai menghadiahi lonceng raksasa Cakradonya kepada Sultan Aceh, dimana saat ini
lonceng tersebut tersimpan di Museum Banda Aceh. Tempat lain di sumatera yang
dikunjungi ialah Palembang dan Bangka.
Selanjutnya, dia mampir ke Palabuhan Bintang Mas
(kiniTanjung Priok). Tahun 1415 mendarat di Muara Jati(Cirebon). Dan dia mempersembahkan cindera
mata kepada Sultan Cirebon berupa sebuah piring bertuliskan ayat Kursi, saat
ini masih tersimpan baik di Keraton Kasepuhan Cirebon.berupa sebuah piring bertuliskan ayat
Kursi.
Perjalanan dilanjutkan dan singgah kebeberapa tempat
diantaranya Tuban, Gresik, serta di Surabaya.
Dan kabarnya di pantai simongan,Semarang,
Wang Jinghong (orang kedua di armada itu) akhirnya menetap dan menjadi cikal
bakal keberadaan warga Tionghoa disana.
Siapa Cheng Ho?
Dalam Kitab Ming shi (sejarah Dinasti Ming) tak banyak
keterangan yang menyinggung asal-usul Cheng Ho. Cuma disebutkan bahwa dia
berasal dari Provinsi Yunnan
dan dikenal sebagai Kasim (abdi) San Bao. Dalam dialek Fujian nama itu biasa diucapkan San Po, Sam
Poo, atau Sam Po. Sumber lain
menyebutkan, Ma He (nama kecil Cheng Ho) lahir tahun Hong Wu ke-4 (1371 M). ia
adalh anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan Wen.
Sebagai orangc Hui (etnis di Cina yang identik dengan
Muslim) Cheng Ho sudah memeluk agama Islam sejak lahir. Kakek dan ayahnya
(seorang haji) sudah menunikan rukun Islam ke lima. Dan menurut Hembing WijayaKusuma, pakar
kesehatan alternative yang juga keturunan Tionghoa, nama Hazhi dalam bahasa
mandarin diambil dari kata ‘haji’.
Nama Cheng Ho memang tak setenar Christophorus Columbus yang
konon berhasil menemukan benua Amerika pada tahun 1492, atau Vasco da Gama yang
berlayar dari Portugis ke India
tahun 1497. Namun, wilayah jelajahan Cheng Ho sebetulnya lebih luas. Dan
pelayarannya juga lebih awal, begitu pula dengan Ferdinand Magellan yang
merintis pelayaran mengelilingi bumi, kalah satu abad dibanding Cheng Ho.
Semasa hidupnya, Cheng Ho yang dikenal pula dengan nama
Zheng He melakukan petualangan antar benua tujuh kali berturut-turut.
Pengembaraan itu dilakukannya hanya dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak
kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah,
dan Afrika pernah disinggahinya.
Pada awal ekpedisi menjelajahi dunia pada tahun 1405 ,
pelayaran pertama Cheng Ho mencapai wilayah Asia
tenggara (Semenanjung Malaya), Sumatera dan Jawa). Tahun 1407-1409 dan
tahun1409-1411 Cheng Ho melakukan dua
ekspedisi, menjangkau daratan India
dan Srilanka. Tahun 1413-1415 Cheng Ho
kembali melaksanakan ekpedisi hingga ke Aden,
Teluk Persia, dan Mogadishu (Afrika Timur).
Jalur ini diulang kembali pada ekspedisi ke lima (1417-1419) dank e enem (1421-1422).
Dan dalam ekspedisi Cheng Ho ke Samudera Barat ~ sebutan
untuk lautam sebelah barat Laut Tiongkok Selatan sampai Afrika Timur ~
dilakukan dalam beberapa gelombang. Pada awalnya, melibatkan 62 kapal besar dan
belasan kapal kecil dengan 27.800 ribu awak kapal. Lalu pada pelayaran
berikutnya menggunakan 48 buah kapal besar dengan 27 ribu awak. Dan pada
pelayaran ke tujuh melibatkan 61 kapal besar dan 27.550 awak.
Rata-rata jumlah kapal dalam setiap pelayaran bila dihitung
bersama kapal kecil, sekitar 200-an. Jumlah ini jauh lebih besar disbanding
ekspedisi Columbus
disaat menemukan benua Amerika dengan hanya 3 buah kapal dan 88 awak. Subhanallah.
Dan Kapal yang di kendarai Cheng Ho disebut ‘Kapal Pusaka’.
Kapal ini terbesar pada abad ke-15. panjangnya mencapai 44,4 zhang (138 meter)
dan lebar 18 zhang (56 meter), lima kali lebih besar dari kapal Columbus.
Allahu Akbar.
Menurut sejarawan JV Mills, kapasitas kapal Cheng Ho
mencapai 2.500 ton. Desainnya menarik, tahan terhadap serangan badai, serta
dilengkapi teknologi canggih pada masanya seperti kompas magnetic.
Pada tahun 1431- 1433, dalam ekspedisi terakhir, Cheng Ho
berhasil mencapai Laut merah. Palayaran luar bias tersebut menghasilkan buku
berjudul ‘Zheng He’s Navigation Map’. Buku ini mampu mengubah peta navigasi
dunia hingga abad ke-15. dalam buku ini terdapat 24 peta arah pelayaran, jarak
titik-titik di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan Cina berubah,
tidak sekadar bertumpu pada ‘Jalur Sutera’ antara Beiping (kini Beijing) – Bukhara.
Berbeda dengan pelaut-pelaut Eropa yang berbekal semangat
imperialis, armada ‘raksasa’ Cheng Ho ini tak pernah serakah menduduki
tempat-tempat yang disinggahi. Mereka hanya mempropagandakan Kejayaan Dinasti
Ming, menyebarluaskan pengaruh politik ke negeri asing, serta mendorong
perniagaan Tiongkok.
Dan pada tahun 1433
di Calicut (India) dalam pelayaran terakhirnya
Muslim pemberani ini tutup usia. Dalam Majalah Star Weekly, Hamka pernah
menulis, “ Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu ( Cheng Ho), yang
banyak adalah ‘ senjata budi’ yang akan dipersembahkan kepada raja-raja yang
diziarahi”
Sementara sejarawan Jeanette Mirsky menyatakan, tujuan ekspedisi Cheng Ho adalah memperkenalkan dan
mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh dunia. Maksudnya agar Negara-negara
lain mengakui kebesaran Kaisar Cina sebagai Putra Dewata ‘ The Son of Heaven’.
WaAllohu 'alam bishshowab.