17/07/12

JEJAK MUJAHIDIN ( Sisingamangaraja XII )




Masih ingatkah didalam benak kita bahwa konsep serta semboyan para penjajah yaitu Gold, Gospel, and Glory. J.PG.Westhof, seorang pekerja Belanda yang ditempatkan di Indonesia, mengatakan : “Pada pendapat kami, untuk tetap memiliki jajahan jajahan kita, sebagian besar tergantung pada konsep kristenisasi pada rakyat setempat. Baik yang belum memeluk agama maupun yang sudah beragama Islam”.(J.H. Meerwaltd,1903,111 dan Solichin Salam,1965,50)

Menyelusuri suatu peristiwa yang telah berlalu, apalagi tentang sejarah, adalah sesuatu yang sangat menarik. Dan apa pesan Bapak Proklamator yaitu Ir. Soekarno atau yang di sapa akrab dengan Bung Karno : JAS MERAH ( Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah). Namun ada suatu pertanyaan besar tentang 

Sisingamangaraja merupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dan nama Sisingamangaraja berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti singa dan mangaraja (maharaja). Raja Sisingamangaraja sendiri bukanlah orang Batak yang utuh. Ayahnya Ompu Raja Bona Ni Onan beristerikan adik Raja Uti Mutiraja, penguasa yang bersinggasana di Lambri, Aceh. Adik raja Aceh ini kemudian disapa dengan Si Boru Pasaribu. Ini bermakna diporoskan ke dalam marga Pasaribu. Sebaliknya ibu kandung Raja Uti ini berdasarkan cerita-cerita yang masih perlu ditelusuri kebenarannya adalah bangsawan Jawa yang diprakirakan kerabat dari pendiri Kerajaan Majapahit. 

Dari perkawinan Ompu Raja dengan adik Raja Aceh ini lahirlah Raja Mahuta yang kemudian menjadi Raja Sisingamangaraja I. Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, dimana adalah nama dinasti dari Keluarga Sinambela, saat Raja Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Dia memang bukan raja pertama di sana. Pemerintahan masa sebelum itu dikenal dengan nama bius. Satu bius merupakan kumpulan sekitar tujuh horja. Sedangkan satu horja terdiri dari 20 huta atau desa yang punya pimpinan sendiri. Ada Bius Toba, Patane Bolon, Silindung dan sebagainya.  

Adapun silsilahnya sebagai berikut:
1. Raja Makoeta / Munghuntal - Si Singamangaraja I
2. Ompu Raja Tianaruan - Si Singamangaraja II
3. Raja Itubungna - Si Singamangaraja III
4. Sori Mangaraja - Si Singamangaraja IV
5. Pallongos - Si Singamangaraja V
6. Pangulbuk - Si Singamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lumbut - Si Singamangaraja VII
8. Ompu Sotaronggal - Si Singamangaraja VIII
9. Ompu Sohalompoan - Si Singamangaraja IX
10. Ompu Tuan Nabolon - Si Singamangaraja X
11. Ompu Sohahunon - Si Singamangaraja XI
12. Patuan Besar Ompu Pulo Baru - Si Singamangaraja XII

Dari 12 orang yang melanjutkan dinasti Sisingamangaraja, Singamangaraja XII merupakan raja paling populer. Bedasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 217 tahun 1957, atas jasa-jasa serta pengorbanan beliau, pemerintah telah mengangkat Si Singamangaraja XII sebagai pahlawan kemerdekaan nasional. Dan kemudian lukisan dirinya yang dibuat Augustin Sibarani, di abadikan oleh Pemerintah yang tercetak di uang kertas Rp 1.000 yang lama (±cetakan Tahun 1987 ).






Sisingamangaraja XII, yang lahir di Bakara, Tapanuli 1849, memang sepantasnya disebut sebagai seorang Pahlawan. Perjuangan beliau memang hebat. Sebagai seorang pemimpin yang punya kharisma besar,membuat para penjajah yang kejam dan licik kebakaran ‘bulu dadanya’. Hingga suatu hari penjajah menculik ibu, istri dan anak-anaknya Singamangaraja XII. Berharap beliau bisa digiring kemeja perundingan. Namun cara ini gagal total

Penjajah memang tak pernah kehilangan akal. Mereka mencoba cara-cara yang kadang ampuh bagi segelintir orang, yakni menawarkan kekuasaan /tahta kepada Singamangaraja XII. Beliau ditawarkan menjadi ‘Sultan’ Batak. Namun beliau dengan lantang bersikap ‘ hidup mulia atau mati sebagai seorang yang mulia juga’. Dan akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans Christoffel pada 17 Juni 1907 beliau pun gugur. Turut tertembak juga waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta putrinya Lopian.
 
Itulah sejarah singkat tentang Sisingamangaraja XII. Sebagaimana dalam buku-buku sejarah serta pengajaran yang saya alami di Sekolah Dasar dan Menengah Pertama dulu. Namun ada satu pertanyaan besar, di tambah dengan adanya sistem penyusunan cerita Sejarah Nasional yang tidak menonjolkan tentang agama yang di peluknya, yang masih terus jadi bahan diskusi hingga hari ini, adalah agama yang anutan Sisingamangaraja XII. 

Sebagian yakin, dia penganut kepercayaan lama / Parmalin yang dianut sebagian besar orang Batak, dimana hanya mengenal satu Yang Maha Kuasa, Debata Mulajadi Na Bolon atau Ompu Mulajadi Nabolon. Sekarang agama Batak lama sudah ditinggalkan, walau tentu saja kepercayaan tradisional masih dipertahankan. Namun sebagian lagi lebih cenderung untuk mengakui Si Singamangaraja XII beragama Pelbagu. Pelbagu semacam agama animisme yang mengenal pula pemujaan dewa. Debata Mulajadi sebagai mahadewa.  Juga mengenal ajaran Trimurti: Batara Guru (dewa kejayaan), Debata Ser.

Sementara, Surat rahasia kepada Departement van Oorlog, Belanda, Letnan L. van Vuuren dan Berenshot pada tanggal 19 juli 1907 menyatakan :
“Dat bet vaststaatdat de oude S .S. M. Met zijn zonns tot den Islam waren over gegaan, al zullen zij wel niet Mohamedan in merg en been geworden zijn”
Bahwa sudah pasti S. S. M. yang tua dengan putra-putranya telah beralih memeluk agama Islam, walaupun keislaman mereka tidak seberapa meresap dalam sanubarinya.”

Dan Surat Kabar Belanda Algemcene Handeslsblad pada edisi 3 Juli 1907 (sebagaimana dinyatakan Mohammad Said dalam bukunya), menuliskan :
“Volgens berichten van de bevolking moet de togen, woordige titularis een 5 tak jaren geleden tot den Islam jizn bekeerd, doch hij werd geen fanatiek Islamiet en oefende geen druk op jizn ongeving uit om zich te bekeeren” (Suka tulis, 1907)
 “Menurut kabar-kabar dari penduduk, raja yang sekarang (maksud Titularis adalah Si Singamangaraja XII) semenjak lima tahun yang lalu memeluk agama Islam yang fanatik, demikian pula dia meneka supaya orang-orang sekelilingnya menukar agamanya. Berita di atas ini memberikan data kepada kita bahwa Si Singamangaraja XII beragama Islam. Selain itu, di tambahkan pula tentang rakyat yang tidak beragama Islam, dan Si Singamangaraja XII tidak mengadakan paksaan atau penekanan lainnya.”

Hal itu senada dengan pendapat sejarawan Prof. Drs. Ahmad Mansyur Suryanegara dalam bukunya Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam Indonesia,  Api Sejarah, buku yang akan Mengubah Drastis Pendangan Anda tentang Sejarah Indonesia.




Dapat dibaca pada stempelnya yang bertuliskan huruf Batak : Ahu sahap ni Tuwan S.M. Mian Bakara = “Saya cap dari Tuan Singa Mangaraja bertahta di Bakara”, serta huruf Arab : “Inilah Cap Maharaja di Negeri Toba, Kampung Bakara nama kotanya Hijrah Nabi 1304”. Tidak hanya menyebutkan dirinya sebagai Raja di Bakara. Namun juga, menuliskan Tahun Hijrah Nabi pada 1304. Pada umumnya, dalam penulisan Tahun Hijrah, cukup dengan angka tahun diikuti tahun hijrahnya dengan disingkat dengan huruf H saja. Tanpa Nabi.Tidaklah demikian halnya dengan Si Singamangaradja XII. Dituliskan dengan lengkap penyebutan Hijrah Nabi.


Cap / Stempel Sisingamangaraja XII

Tidaklah demikian halnya dengan Si Singamangaradja XII. Dituliskan dengan lengkap penyebutan Hijrah Nabi. Benderanya Merah Putih. Di dalamnya terdapat gambar Pedang Rosulullah saw yang bercabang dua (sekarang lambang Pedang Si Singamangaraja XII dibalikan posisinya, dan dijadikan lambang lembaga pendidikan Kristen di Medan karena pada batas antara bagian pegangan dengan pedang yang terbelah, terdapat penghalang genggaman tangan yang melintang sehingga bentuknya mirip salib. Buku Perang Batak ditulis oleh seorang penulis Kristen, memuat Stempel Si Singamangaraja XII, namun tidak menjelaskan mengapa Si Singaangaraja XII menggunakan Huruf Arab Melayu dan tahun 1304 Hijrah Nabi). Di kanan kirinya terdapat pula lambang Bulan dan Matahari.


Bendera Perang Sisingamangaraja XII

Bulannya merupakan bulan sabit seperti pada umumnya lambang Islam. Namun, disertakan pula garis lengkung di depannya sehingga membentuk bulan purnama. Mataharinya pun bukan seperti lambang Muhammadiyah dan Persatuan Islam, melainkan matahari dengan sinar delapan yang berarti melambangkan cahaya kejayaan kearah delapan penjuru angin. Dapat juga diartikan sebagai lambang empat sahabat Rasulullah saw atau Khulafaur Rasyidin dan empat Mazhab Fikih.

Perang Batak dipimpin oleh Si Singamangardja XII pada, 1289-1325 H atau 1872-1907 M didampingi dua panglima yaitu Panglima Nali dari Sumatra Barat dan Panglima Teoekoe Mohammad dari Aceh. menghadapi kerjasama serangan dari imperialisme Keradjaan Protestan Belanda yang dibantu oleh Keradjaan Protestan Anglikan Inggris. Dan perjuangannya melawan upaya imperialisme, di dunia saja dapat dipastikan memperoleh bintang kehormatan penegak perikemanusiaan dan perikeadilan dari segenap pencinta kemerdekaan dan kedamaian. Jauh lebih terhormat dan mulia dari Bintang Officier van Oranje Nassau dari penjajah. Apalagi, di Yaumil Akhir nanti Insya Allah tergolong Syuhada.

WaAllohu 'alam bishshowab.

18 komentar:

  1. Camolekum yg buat Blog...
    Agama Sisingamangaraja pahlawan tdk ada yg tahu persis, bahkan Suku2 di BATAK pun tak ada yg berani memastikan..., Tidak ada bulan sabit yg di hubungkan ke Islam, itu karena dia punya wilayah kekuasaan di aceh. Dan dia juga punya jalinan hubungan di Bangkinang / kampar.

    Perkataan J.H. Meerwaltd,1903,111 dan Solichin Salam,1965,50 ,< itu berarti pemikiran ber-agama mereka (Belanda),sangat berbeda dgn pemikiran BATAK-agama Kristen waktu itu. Islam di Batak itu terjadi krn ada kawin silang dgn melayu dan minang.


    PEMIKIRAN AGAMA KRISTEN DI BATAK, TIDAK TERPENGARUH OLEH BELANDA......
    <<<< SEMENJAK BELANDA datang dari Barus , di situ sudah mulai peperangan.

    Tidak ada tulisan arab di Cap Stempel yg di buat oleh beliau sendiri.
    Itu berasal dr cap buatan Aceh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tolong argumen anda perlu disertai materi yg cukup menguatkan bkn cuma asal celoteh burung. Terima kasih

      Hapus
    2. @putra : apakah anda suku batak ? jika bukan, wajar anda berkata demikian

      bendera batak memang memiliki tulisan arab disertai dg gambar bulan dan matahari
      didalam benderanya, itu artinya melambang keturunannya
      Bulan dan matahari adalah menyimbolkan keturunan Raja Batak
      *baca Tarombo Marga Ni Suku Batak" karangan W. Hutagalung

      ada tulisan arab karena dulu belum ada negara Indonesia
      bahkan tidak tahu yg mana medan dan tidak tahu yg mana aceh
      sisimangaraja bersekutu dg samudera pasai dan simbol itu di buat di aceh
      sebab dulu samudera pasai sudah mengenal tulisan arab

      itu kenapa sisimangaraja membuatnya di aceh
      dan disitulah berawal kenapa ada tulisan arab sebab yg buat samudera pasai

      kalau kurang jelas,
      jika ente orang aceh,
      silahkan baca sejarah aceh

      jika ente orang Batak,
      tentu tidak sebodoh ini

      jika ente bukan orang batak
      jangan banyak sok tahu
      kenali saja dulu daerahmu baru daerah orang lain

      Hapus
    3. terima kasih sahabat, ini yang saya perlukan...
      berbagi ilmu, dan inilah yg sy tuangkan pd tulisan ini.
      inti pokoknya bukan mencari siapa yg paling benar
      namun sejarah haruslah diluruskan....!!!

      Hapus
    4. coba lihat ini.. mgkn bs perbandingan: https://www.youtube.com/watch?v=cC1EWG6LA9c

      Hapus
  2. Gak tau apa2 kau bodat.jgn asal buat jejak2 mujahidin kau itu.pelajari dulu sejarah daerahmu secara detil..bangsat@putra junaidi

    BalasHapus
  3. ciri ciri agama dr tuhan adalah meng esa kan tuhan dan tidak makan babi, parmalin ada kemungkinan berasal dari tuhan, bukankah tuhan itu maha adil dan maha sayang tentunya mengirim seorang utusan ke suatu kaum untuk mengajarkannya.

    BalasHapus
  4. ciri ciri agama dr tuhan adalah meng esa kan tuhan dan tidak makan babi, parmalin ada kemungkinan berasal dari tuhan, bukankah tuhan itu maha adil dan maha sayang tentunya mengirim seorang utusan ke suatu kaum untuk mengajarkannya.

    BalasHapus
  5. bisa jadi dia islam karena islam datang di barus pada abad ke7 jauh sebelum kristen datang ke batak tahun 1820an, pada masa itu wilayah tersebut masih dibawah kekuasaan kerajaan pagaruyuang minangkabau, mustahil jika kerajaan pagaruyuang memilih orang yg bukan islam memimpin daerah tersebut

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. saya orang Batak, menurut saya sisingamangaraja XII, bukan beragama Islam, sebelum kembali ke Bakkara dan dinobatkan sebagai Raja Sisingamangaraja XII, informasinya beliau pernah merantau ke Aceh. Aceh pada waktu sudah merupakan daerah Islam. saya kira pada waktu membuat bendera perangnya, sisingamangaraja hanya terinspirasi apa yang dia lihat pada waktu dia di Aceh. Dia bukan Islam dan bukan Kristen, dia berjuang atas nama Bangsa Batak bukan berlandaskan agama.

    BalasHapus
  8. saya orang Batak, menurut saya sisingamangaraja XII, bukan beragama Islam, sebelum kembali ke Bakkara dan dinobatkan sebagai Raja Sisingamangaraja XII, informasinya beliau pernah merantau ke Aceh. Aceh pada waktu sudah merupakan daerah Islam. saya kira pada waktu membuat bendera perangnya, sisingamangaraja hanya terinspirasi apa yang dia lihat pada waktu dia di Aceh. Dia bukan Islam dan bukan Kristen, dia berjuang atas nama Bangsa Batak bukan berlandaskan agama.

    BalasHapus
  9. Di era Sisingamangaraja belum familiar istilah "BATAK",yg ada justru "Tano Toba","Tapian Nauli" dan "Bakara".lalu apa itu "BATAK"? Sy tidak ingat persis sumbernya,tapi sy pernah terbaca bbrp artikel ttg hasil riset sejahrawan,yg mjelaskan adanya unsur kolonial dalam penetapan nama "batak".

    BalasHapus
  10. Tak perlu emosional berdiskusi. Fakta saja kita lihat. Tafsir dan makna jangan jadi campur baur. Kalau pun SiSingamangaraja beragama apa, apa artinya buat kita? Batak bukan tentang agama. yang pasti dia bermarga Sinambela.

    BalasHapus
  11. SImak kisah lainnya disni http://transparan.id dan lihat perbandingan ceritanya.

    BalasHapus
  12. Coba baca buku2 ini soal SM Raja: https://www.youtube.com/watch?v=cC1EWG6LA9c

    BalasHapus
  13. Aku punya buku lama
    Masih Pakai ejan lama indonesia
    Ada stempel burung Garuda warna merah tapi sampul bukunya Uda gak ada
    Kayaknya di buat pas awal Indonesia merdeka
    Di situ juga tertulis dan saya baca
    Belanda mencurigai agamanya Uda Islam

    BalasHapus
  14. Belanda menawarkan Sisingamangaraja jadi suktan di tanah Batak. itu artinya sisingamaSisinga beragama Islam. karena gelar Sultan adalah gelar untuk penguasa yg beragama Islam.

    BalasHapus